Makassar – Sebuah langkah bersejarah kembali terukir di Kota Daeng. Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulawesi Selatan melalui Lembaga Dakwah Komunitas (LDK) resmi menjalin perjanjian kerja sama dengan Yayasan Islamic Centre Masjid Al Markaz Al Islami Jenderal M. Jusuf Makassar dalam program pembinaan muallaf.
Penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) berlangsung pada Rabu, 24 September 2025 di ruang rapat utama Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulsel, Pusat Dakwah Muhammadiyah Wilayah (Pusdamwil) Jalan Perintis Kemerdekaan.
MoU ditandatangani langsung oleh Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulsel, Prof Dr H. Ambo Ase, M.Ag., bersama Prof Dr Mustari Mustafa, M.A. yang mewakili Yayasan Masjid Al Markaz Al Islami Jenderal M. Jusuf. Hadir pula sejumlah pimpinan Muhammadiyah Sulsel, antara lain Dr Dahlan Lamabawa, M.Ag. (Koordinator bidang LDK Sulsel), Prof Dr Nurhidayat M. Said, M.Ag. (Ketua LDK Muhammadiyah Sulsel), serta jajaran pengurus lainnya.
Sinergi Dakwah untuk Muallaf
Kerjasama ini bukan sekadar formalitas, melainkan jawaban atas kebutuhan nyata umat. Masjid Al Markaz yang selama 29 tahun lebih telah menjadi saksi pengislaman ribuan jiwa, kini mendapatkan mitra strategis untuk memastikan mereka yang bersyahadat dapat dibina, dirangkul, dan dikuatkan dalam perjalanan barunya sebagai muslim.
LDK Muhammadiyah Sulsel dengan program Muallaf Centre menghadirkan konsep pembinaan yang terstruktur, terarah, dan berkesinambungan. Sementara Al Markaz dengan reputasinya sebagai pusat dakwah dan syiar Islam di jantung Makassar, memberikan ruang, pengalaman, serta basis jamaah yang luas.
Keduanya saling melengkapi: Muhammadiyah menguatkan pada aspek sistem pembinaan, sementara Al Markaz menjadi gerbang besar pengislaman yang sejak lama dirindukan tindak lanjutnya.
Harapan dari Kedua Pihak
Ketua PWM Sulsel, Prof Dr Ambo Ase M.Ag., menyambut baik lahirnya nota kerjasama ini. “Ini adalah proses kelanjutan dakwah umat, khususnya untuk kaum muallaf. Dengan adanya sinergi ini, kami berharap pembinaan dapat berjalan lebih sistematis dan berkelanjutan,” ungkapnya.
Sementara itu, Prof Dr Mustari Mustafa M.A. menegaskan bahwa pembinaan muallaf selama ini memang belum maksimal. “Jumlah muallaf yang lahir di Masjid Al Markaz Al Islami Jenderal M. Jusuf sudah mencapai ribuan orang. Namun, pembinaannya masih kurang optimal. Mudah-mudahan apa yang kita lakukan bersama Muhammadiyah ini mendapat rahmat dan ridho dari Allah Subhanahu Wata’ala,” ujarnya.
Babak Baru Dakwah Muallaf
Dalam suasana penuh keakraban, para tokoh dari kedua lembaga menegaskan bahwa kerja sama ini merupakan bentuk nyata tanggung jawab dakwah. Harapannya, para muallaf tidak hanya mengenal kalimat syahadat, tetapi juga merasakan kehangatan ukhuwah, pemahaman Islam yang mencerahkan, dan bimbingan hidup yang menuntun mereka pada kemandirian beragama.
Dengan perjanjian kerjasama ini, diharapkan lahirlah babak baru dakwah muallaf di Sulawesi Selatan—dari sekadar peristiwa masuk Islam menjadi proses pembinaan yang menyeluruh, berkelanjutan, dan bermakna.